Hanya bilik
bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun semua ini punya kita
Memang semua ini punya kita, sendiri
Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu milik kita
Memang semua itu milik kita, sendiri
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita, rumah kita
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita
Rumah kita
Ada di sini
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun semua ini punya kita
Memang semua ini punya kita, sendiri
Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu milik kita
Memang semua itu milik kita, sendiri
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita, rumah kita
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Rumah kita
Rumah kita
Ada di sini
*Tafsir lagu ini :
Masa kecil kita...di desa. Desa tercinta, rumah tercinta. Atap jerami, lantai tanah berpasir. Berdinding bambu, berjendela kecil, tempat kita memandang hijau daun pepohonan bergoyang ditiup angin semilir, hadirkan suasana damai sejuk tak terlupakan.
Tak ada bunga di taman kita, hanya alang-alang dan bunga bakung tumbuh memagar rumah kita. Katak dan ikan kecil bermain di kolam depan rumah di bawah pohon jambu yang berbuah lebat, tempat kita bermain, memanjat, bergurau sepanjang waktu kecil kita.
Kini kita beranjak dewasa. Tak lagi hanya melihat rumah kecil kita. Di sana, di kota, kita lihat dari kejauhan dan yang kita dengar...penuh warna. Menggoda si lugu yang manis dan tampan tuk beranjak melihat "dunia" yang selama ini samar-samar saja terdengar. Hati tertarik. Namun, kenangan indah ini sepenuh jiwa membekas dalam sukma. Tak mudah mengusirnya. Ketika tiba dipersimpangan jalan, gundah dan galau antara tinggalkan kedamaian ataukah mengejar gemerlap kehidupan kota yang tak jelas akan nasibnya............
No comments:
Post a Comment